Sunday, June 17, 2012

Bulan Magha Yang Agung

Pada hari Purnama Sidhi di bulan Magha, lebih dari 25 abad yang lalu, terjadilah suatu peristiwa nan agung dalam sejarah kehidupan Sang Buddha Gotama. Tepatnya di sebuah Taman Tupai di vihara hutan Bambu (Veluvana Arama). Peristiwa Agung nan Suci itu adalah : Hadirnya 1250 bhikkhu. Mereka semua telah mencapai tingkat kesucian tertinggi (Arahat). Mereka adalah para bhikkhu yang ditahbis sendiri oleh Sang Buddha dengan cara Ehi bhikkhu Upasampada. Mereka hadir tanpa diundang dan tanpa kesepakatan. Pada pertemuan nan agung tersebut Sammasambuddha Gotama membabarkan Ovadapapatimokkha yang merupakan inti Ajaran Beliau yang terdiri atas tiga syair, sebagai berikut : Kesabaran merupakan praktek Dhamma yang tertinggi; Para Buddha bersabda, Nibbana adalah yang tertinggi. Jika seseorang yang telah menjadi bhikkhu masih menyakiti, merugikan orang lain, maka sesungguhnya ia bukan seorang samana. Jangan berbuat jahat, tambahlah kebajikan, sucikan hati dan pikiran. Inilah ajaran para Buddha. Tidak menghina, tidak menyakiti, mengendalikan diri selaras dengan Patimokkha; Makan secukupnya, tidak berlebih-lebihan; Hidup di tempat yang sunyi, berusaha melatih samadhi. Inilah ajaran para Buddha. Ajaran yang terkandung dalam Ovadapatimokkha, sangatlah dalam dan mempunyai makna yang demikian tinggi, begitu sulit dan rumit untuk dipahami dan diselami. Bagi kita yang penghayatan Dhammanya belum cukup, akan sangat sukar untuk mencerna dengan baik. Karena apa ? Sebab pembabaran Ovadapapatimokkha, bukanlah dibabarkan kepada umat biasa atau siswa-siswi Sang Buddha yang masih puthujjhana(belajar/belum mencapai tingkat kesucian), melainkan Ovadapapatimokkha tersebut, dibabarkan di hadapan para Arahat (bhikkhu-bhikkhu yang telah mencapai tingkat kesucian tertinggi). Namun demikian, kita umat Buddha tetap mengambil hikmah yang terkandung dalam pembabaran Ovadapapatimokkha, walaupun tidak sesempurna yang dibabarkan. Apalagi dalam kondisi kehidupan dewasa ini, penuh dengan gejolak, karena krisis ekonomi, keamanan dan keyakinan. Dalam bait, syair dan kalimat pertama, Sang Buddha bersabda: KhantĂ® paramam tapo titikkha, Kesabaran merupakan praktek Dhamma yang tertinggi. Dalam suasana kehidupan masyarakat dewasa ini, yang sedang merangkak menuju proses alam demokrasi, dan diwarnai ketidaktahuan oleh sebagian masyarakat, sehingga sering terjadi tindakan yang menyimpang dari nilai dan prinsip demokrasi yang sebenarnya. Maka ajaran ini, dapat kita jadikan senjata yang ampuh. Seperti sabda Sang Buddha dalam Dhammapada ayat 5 Kebencian tidak akan pernah berakhir bila dibalas dengan kebencian. Tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan cinta kasih. Demikian pula kebrutalan, kekerasan, fitnahan dan tindakan jahat lainnya tidak akan berakhir bila dibalas dengan tindakan yang sama. Tetapi akan berakhir bila kita balas dengan kesabaran, pengertian dan kebijaksanaan.

No comments:

Post a Comment